Zat besi merupakan salah satu nutrisi yang penting dipenuhi kebutuhannya untuk mendukung proses tumbuh kembang optimal. Nah, apa saja ciri-ciri anak kekurangan zat besi?
Untuk bayi baru lahir, kebutuhan harian zat besi dapat dipenuhi dari pemberian ASI (air susu ibu). Tapi setelah bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tersebut.
Oleh sebab itu, pemilihan asupan sehari-hari perlu lebih diperhatikan supaya anak terhindari dari risiko kekurangan zat besi. Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kondisi ini bisa berdampak negatif pada kecerdasan, perilaku dan kemampuan motorik anak.
Selain itu, fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan sistem saraf, tepatnya pada proses metabolisme saraf. Jadi, defisiensi zat besi sangat memengaruhi fungsi kognitif.
Ciri-ciri anak kekurangan zat besi
Apa saja ciri-ciri anak kekurangan zat besi yang perlu diketahui oleh orang tua? Berikut ulasannya:
- Rentan tertular penyakit
- Berat badan sulit naik
- Sulit konsentrasi
- Kulit wajah dan bibir pucat (berlangsung lama alias kronis)
- Sering sakit kepala
- Telapak tangan dan kaki sering teraba dingin
- Napas cepat, mudah lelah saat beraktivitas
Mengapa tubuh lemas menjadi salah satu ciri anak kekurangan zat besi? Sebab senyawa tersebut memiliki fungsi membantu tubuh memproduksi sel darah merah.
Hemoglobin pada sel darah merah pun diperlukan untuk distribusi oksigen ke seluruh tubuh.
Kekurangan zat besi juga rentan membuat imun menjadi terus menurun, sehingga anak kemungkinan jadi lebih mudah tertular sakit atau infeksi.
Bagaimana cara mengatasinya?
Kebutuhan zat besi harian anak usia 7-12 bulan yakni zat besi 11 mg/hari. Untuk anak usia 1-3 tahun sebanyak 7 mg per hari, anak usia 4-8 tahun sebanyak 10 mg per hari, anak usia 9-13 tahun sebanyak 8 mg per hari.
Untuk membantu mengatasi kekurangan zat besi pada anak, beberapa cara yang dapat dilakukan di antaranya:
1. Berikan asupan makanan sumber zat besi
Terdapat dua jenis sumber asupan zat besi: heme (protein hewani) dan non-heme (panganan nabati). Untuk membantu mengatasi kekurangan zat besi pada anak, utamakan asupan dari jenis heme karena lebih mudah diserap tubuh.
Contoh sumber zat besi heme misalnya daging sapi, daging ayam, hati sapi, hati ayam, dan telur. Untuk sumber zat besi non-heme yakni sayur berdaun hijau seperti bayam dan brokoli, tahu dan tempe.
2. Perhatikan sumber vitamin C
Jangan lupa untuk juga memenuhi kebutuhan vitamin C anak sehari-hari, ya. Vitamin ini diketahui juga dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi makanan.
Contoh asupan kaya vitamin C seperti buah jeruk, blewah, stroberi, paprika, dan tomat.
3. Stop memberikan teh
Pastikan anak tidak diberikan berlebihan asupan yang menghambat proses penyerapan zat besi dalam tubuhnya, termasuk teh.
Saat sedang makan di luar rumah, upayakan hanya memberi minuman seperti air putih, bukan es teh manis.
4. Pemberian suplemen zat besi
IDAI menyebutkan bahwa suplemen zat besi dapat diberikan pada semua golongan umur anak, mulai dari usia bayi hingga remaja. Tetapi agar lebih aman, dan perhitungan dosisnya tepat, dahulukan dengan berkonsultasi ke dokter.
Waspadai anemia defisiensi zat besi pada anak
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh seseorang.
Dikutip dari Healthline, sebenarnya cukup sulit untuk membuat diagnosis anemia pada anak karena gejalanya bisa ringan atau bahkan mirip dengan sejumlah kondisi lain.
Maka dari itu, dokter mungkin akan memerlukan beberapa pemeriksaan lain. Termasuk tentang riwayat medis individu dan keluarga, kondisi penyerta lain, obat-obatan, diet, dan status perkembangan.
Apotek Pharmaplus
📍Alam Sutera (08119953031)
📍Bintaro (08118747878)
📍BSD (08118849856)
📍Panglima Polim (08118887874)
📍Tebet (08118849600)
📍Tebet Raya (08119188781)
📍Kemang (08118115779)
📍Samarinda (08118430079)
Keyword pencarian:
zat besi, suplemen anak, label obat, apoteker, aturan pakai obat